PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS TERHADAP
HASIL BELAJAR TEKNIK TENDANGAN DEPAN PENCAK
SILAT
Abstrak
Penggunaan model pembelajaran dalam pendidikan jasmani yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan yang ada dilapangan akan sangat membantu siswa dalam mendapatkan hasil belajar yang maksimal dan mempermudah cara kerja guru dalam manajemen pembelajaran di kelas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran student teams achievement divisions (STAD) terhadap hasil belajar teknik tendangan depan pencak silat siswa MTs Rabithatul Ulum. Metode yang digunakan adalah ekperimen dan menggunakan one-group pretest-posttest design. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 22 siswa MTs. Rabithatul Ulum Kabupaten Indramayu menggunakan teknik sampling jenuh. Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi tendangan depan pencak silat. Teknik analisis data menggunakan penilaian acuan patokan dan t-test: paired two sample for means. Hasil penelitian terdapat pengaruh model pembelajaran STAD terhadap hasil belajar teknik tendangan depan pencak silat siswa MTs Rabithatul Ulum. Penelitian ini menyarankan agar melakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan sebisa mungkin model pembelajaran STAD digunakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani karena siswa dapat saling berkerjasama dalam mencapai hasil belajar yang diinginkan, selain itu agar melakukan penelitian dengan teknik yang lainnya dalam pencak silat menggunakan model pembelajran STAD.
Kata kunci: model
pembelajaran student teams achievement
divisions, tendangan depan, pencak
silat
THE EFFECT OF STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION MODELS ON LEARNING
OUTCOMES OF KIND DEPAN PENCAK SILAT ENGINEERING LEARNING
Abstract
The use of
learning models in physical education that are in accordance with the
circumstances and needs in the field will greatly assist students in obtaining
maximum learning outcomes and facilitate the work of teachers in learning
management in the classroom. This study aims to determine the effect of the
student teams achievement divisions (STAD) learning model on the learning
outcomes of the pencak silat front kick technique of MTs Rabithatul Ulum
students. The method used was experimental and used a one-group
pretest-posttest design. The sample in this study were 22 MTs students.
Rabithatul Ulum, Indramayu Regency using saturated sampling technique. The
research instrument used a pencak silat front kick observation sheet. The data
analysis technique used a benchmark reference assessment and t-test: paired two
sample for means. The results showed that there was an effect of the STAD
learning model on the learning outcomes of the students at MTs Rabithatul Ulum.
This study suggests conducting further research with a larger number of samples
and as much as possible the STAD learning model is used in physical education
learning because students can cooperate with each other in achieving the
desired learning outcomes, in addition to conducting research with other
techniques in pencak silat using STAD learning model.
Keywords: student teams achievement divisions learning model, front kick,
pencak silat
Pendahuluan
Pendidikan adalah proses terus
menerus dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi manusia yang telah berkembang
secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada Tuhan. Sejalan dengan Undang-Undang
Nomor. 2 Tahun 1989 (dalam Sifa, 2018, hlm.1)
“Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melelui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang”.
Didalam pendidikan formal tidak
terlepas dari pendidikan jasmani, sebagai komponen pendidikan secara
keseluruhan yang telah disadari oleh banyak kalangan.
Pendidikan jasmani merupakan suatu
proses yang berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas fisik yang
melibatkan kekuatan fisik dan kekuatan organ tubuh lainnya. Sejalan dengan itu
Suherman (dalam
Ginanjar, 2016a, hlm. 1) tujuan pendidikan jasmani dapat
diklasifikasikan kedalam empat katagori, sebagai berikut: 1) Perkembangan fisik.
Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas-aktivitas yang
melibatkan kekuatan-kekuatan fisik dari berbagai organ tubuh seseorag (physical fitness); 2) Perkembangan
gerak. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan gerakan secara
efektif, efisien, halus, indah, sempurna (skillfull); 3) Perkembangan
mental. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan berfikir dan
menginterpretasikan keseluruhan pengetahuan, sikap dan tanggung jawab siswa; 4)
Perkembangan sosial. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan siswa dalam
menyesuaikan diri pada suatu kelompok atau masyarakat. Jadi pendidikan
jasmani merupakan suatu proses pembelajaran yang berkaitan dengan gerak untuk menigkatkan kemampuan
melakukan gerakan secara efektif, efisien, halus, indah, sempurna (skillfull)
siswa.
Salah satu materi mata pelajaran
pendidikan jasmani di Madrasah Tsanawiyah (MTs) yang terdapat dalam kurikulum
yang berlaku yaitu pencak silat. Pencak silat merupakan gerak dasar beladiri
yang terkait pada aturan digunakan dalam belajar dan pertunjukan yang bersumber
dari asas kerohanian yang murni guna keselamatan diri. Pencak silat menurut
Iskandar (dalam
Nasution & Pasaribu, 2017, hlm. 2) pecak merupakan gerak dasar bela
diri yang terkait pada aturan dan digunakan dalam belajar serta latihan atau
pertunjukan, sedangkan silat adalah gerakan bela diri yang sempurna, bersumber
pada asas kerohanian yang suci murni, guna keselamatan diri atau kesejahteraan
bersama.
Menurut Nasution
& Pasaribu (2017, hlm. 13-25) mengatakan teknik pencak terdiri
dari: 1) belaan yaitu: tangkisan, elakan, dan hindaran; 2) serangan yaitu:
pukulan, tendangan, jatuhan, dan kuncian; 3) teknik bawah yaitu: sapuan bawah,
sirkel bawah, dan guntingan. Dari teknik tersebut ada beberapa macam tendangan
didalam pencak silat diantaranya: tendangan depan, tendangan sabit, tendangan
T, tendangan atas, tendangan belakang.
Dari hasil observasi awal yang
telah dilakukan pada siswa kelas VII A MTs Rabithatul Ulum sebanyak 22 orang
menunjukan bahwa sebesar 30% atau 7 orang sudah mencapai nilai Ketuntasan
Kriteria Minimal (KKM) sebesar 75, sedangkan sebesar 70% atau 15 orang belum
mencapai KKM. Dari masalah tersebut peneliti menyadari bahwa pembelajaran yang
telah dilakukan kurang memenuhi target karena siswa masih banyak di bawah KKM,
oleh karena itu peneliti tertarik menggunakan model pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) untuk mengatasi masalah tersebut.
Model pembelajaran STAD
dikembangkan oleh Slavin (dalam
Ginanjar, 2016a, hlm. 22) merupakan bagian dari cooperative
learning dimana siswa dalam saat kelas ditempatkan dalam kelompok yang
tidak kompetitif (tidak ada persaingan dalam kelompok). Lebih dari itu, Ginanjar
(2016a, hlm. 22) mengatakan semua kelompok diberi
tugas yang sama, diberi alokasi waktu pengerjaan tugas dengan waktu yang sama
yang biasanya lima belas sampai dua puluh menit, guru siap membantu siswa jika
mendapatkan kesulitan, dan terakhir setiap tim atau kelompok menunjukan hasil belajarnya
baik dari sisi pengetahuan maupun keterampilan yang telah dipelajarinya.
Dalam penggunaan model pembelajaran
STAD juga diperkuat oleh berbagai hasil penelitian terdahulu dengan menggunakan
model pembelajaran STAD. Hasil
penelitian Satriana
(2018) menyimpulkan aktivitas dan hasil belajar teknik dasar pukulan (lurus,
samping dan sangkol) pencak silat, terjadi peningkatan melalui implementasi
model pembelajaran STAD. Afrizal
& Desy (2019) menyimpulkan terdapat pengaruh yang yang signifikan
dari model pembelajaran tipe STAD terhadap hasil latihan seni jurus tunggal
baku tangan. Kusmanto
& Ginanjar (2018) menyimpulkan model
pembelajaran STAD dapat meningkatkan kemampuan pukulan back hand dalam
materi pembelajaran tenis meja. Supriyanto,
Ginanjar, & Efendy (2019) menyimpulkan
terdapat pengaruh model pembelajaran STAD terhadap teknik dasar passing dalam
permainan sepak bola siswa Sekolah Dasar. Wadudu,
Setiawan, & Mubarok (2019) menyimpulkan
terdapat pengaruh model pembelajaran STAD terhadap hasil belajar lari cepat
siswa sekolah dasar. Tarwono, Ginanjar, & Mubarok (2016)
menyimpulkan model
pembelajaran STAD berpengaruh terhadap
hasil keterampilan chest pass dalam permainan bola basket.
Dilihat dari pemaparan di atas
menujukan bahwa
terdapat pengaruh
model pembelajaran STAD terhadap
teknik tendangan depan pencak silat siswa MTs. Rabithatul
Ulum. Sedangkan
perbedaan dengan penelitian yang terdahulu di atas adalah bahwa selain
berpengaruh terhadap teknik
tendangan depan pencak silat. STAD berpengaruh juga pada hasil belajar pukulan (lurus, samping dan
sangkol) pencak silat, teknik
dasar passing dalam permainan sepak bola siswa Sekolah Dasar, hasil latihan seni jurus tunggal
baku tangan, meningkatkan
kemampuan pukulan back hand dalam materi pembelajaran tenis meja.
Berdasarkan permasalahan dan hasil
penelitian terdahulu yang belum adanya penelitian yang menggunakan model
pembelajaran STAD dalam tendangan depan pencak silat, oleh karena itu
penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran STAD terhadap teknik tendangan depan
pencak silat
siswa MTs. Rabithatul
Ulum.
Metode
Metode penelitian ekperimen
digunakan di dalam penelitian dan menggunakan one-group
pretest-posttest design. One-group
pretest-posttest design digunakan pada satu kelas dan
diberi pretest kemudian treatment lalu diberikan posttest
sehingga hasil perlakuan lebih akurat dengan mem-bandingkan keadaan sebelum
diberikan perlakuan (Ginanjar, 2019). Treatment model pembelajaran STAD dilaksanakan sebanyak 8 kali pertemuan diluar pretest
dan posttest. Sampel
dalam penelitian ini sebanyak 22 siswa kelas
VII A MTs Rabithatul Ulum Kabupaten
Indramayu.
Dikarenakan seluruh siswa digunakan
sebagai sampel penelitian maka teknik sampel menggunakan sampling jenuh seperti apa yang dinyatakan oleh Ginanjar (2019, hlm. 141) dalam pengambilan sampel menggunakan seluruh
anggota populasi sebagai sampel ini dilakukan bila populasi kurang dari 30
orang. Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi tendangan depan pencak
silat (Nasution & Pasaribu, 2017, hlm. 22) yang dapat di lihat pada Tabel 1. Teknik analisis
data menggunakan Patokan Acuan Penilaian (PAP) (Ginanjar, Supriadi, & Solihin, 2020,
hlm. 13) untuk menentukan KKM yang dapat di lihat pada Tabel 2 dan t-test: paired two sample for means untuk membandingkan hasil pretest dan posttest dengan menggunakan bantuan
aplikasi microsoft excel (Ginanjar,
2016b, hlm. 54).
Tabel 1. Lembar Observasi Tendangan
Depan Pencak Silat
Tendangan
Depan Pencak
Silat |
Indikator Penilaian |
Nilai |
Posisi sikap pasang dan pandangan lurus
kedepan |
Posisi sikap pasang dan pandangan lurus
kedepan |
4 |
Posisi sikap pasang dan pandangan ke samping
kanan |
3 |
|
Posisi sikap pasang dan pandangan menghadap
kekanan dan kekiri |
2 |
|
Posisi sikap pasang dan pandangan ke bawah |
1 |
|
Lutut diangkat
terlebih dahulu didepan badan |
Lutut diangkat didepan badan |
4 |
Lutut diangkat
serong ke kanan |
3 |
|
Lutut diangkat
serong ke kiri |
2 |
|
Lutut tidak di angkat |
1 |
|
Posisi badan saat angkatan kaki kanan ataupun
kaki kiri dalam keadaan seimbang |
Posisi badan saat angkatan kaki kanan ataupu
kaki kiri dalam keadaan seimbang |
4 |
Posisi badan saat angkatan kaki kanan ataupu
kaki kiri miring ke kiri |
3 |
|
Posisi badan saat angkatan kaki kanan ataupu
kaki kiri miring ke kanan |
2 |
|
Posisi badan saat angkatan kaki kanan ataupu
kaki kiri tidak seimbang |
1 |
|
Melepaskan kaki kanan ataupun kaki kiri dengan
keadaan lurus kedepan |
Melepaskan kaki kanan ataupu kaki kiri dengan
keadaan lurus kedepan |
4 |
Melepaskan kaki kanan ataupu kaki kiri dengan
keadaan tidak lurus kedepan |
3 |
|
Melepaskan kaki kanan ataupu kaki kiri dengan
keadaan serong ke kanan |
2 |
|
Melepaskan kaki kanan ataupu kaki kiri dengan
keadaan menekuk ke bawah |
1 |
|
Posisi badan saat lepasan kaki kanan ataupun
kaki kiri dalam keadaan seimbang |
Posisi badan saat lepasan kaki kanan ataupu
kaki kiri dalam keadaan seimbang |
4 |
Posisi badan saat lepasan kaki kanan ataupu
kaki kiri miring ke samping |
3 |
|
Posisi badan saat lepasan kaki kanan ataupu
kaki kiri jatuh ke depan |
2 |
|
Posisi badan saat lepasan kaki kanan ataupu
kaki kiri jatuh ke belakang |
1 |
|
Posisi kedua tangan merapat dengan badan |
Posisi kedua tangan merapat dengan badan |
4 |
Posisi satu tangan merapat dengan badan |
3 |
|
Posisi satu tangan menjauh dengan badan |
2 |
|
Posisi kedua tangan tidak merapat dengan badan |
1 |
|
Menarik kaki kanan ataupu kaki kiri dengan
lutut merapat ke posisi semula |
Menarik kaki kanan ataupu kaki kiri dengan
lutut merapat ke posisi semula |
4 |
Menarik kaki kanan ataupu kaki kiri dengan
lutut miring ke kanan |
3 |
|
Menarik kaki kanan ataupu kaki kiri dengan
lutut ke bawah |
2 |
|
Menarik kaki kanan ataupu kaki kiri dengan
lutut tidak merapat ke posisi semula
|
1 |
|
Posisi badan saat lutut merapat seimbang |
Posisi badan saat lutut merapat seimbang |
4 |
Posisi badan saat lutut merapat tidak seimbang |
3 |
|
Posisi badan saat lutut merapat miring ke
samping |
2 |
|
Posisi badan saat lutut merapat jatuh ke
belakang |
1 |
|
Posisi kedua tangan didepan dada |
Posisi kedua tangan didepan dada |
4 |
Posisi satu tangan didepan dada |
3 |
|
Posisi satu tangan lurus ke bawah |
2 |
|
Posisi kedua tangan lurus kebawah |
1 |
|
Kembali kesikap pasang dalam keadaan seimbang |
Kembali kesikap pasang dalam keadaan seimbang |
4 |
Kembali kesikap pasang dalam keadaan miring
kesamping kiri |
3 |
|
Kembali kesikap pasang dalam keadaan miring ke
depan |
2 |
|
Kembali kesikap pasang dalam keadaan jatuh
kebelakang |
1 |
Tabel 2. Patokan Acuan
Penilaian
Presentase
Ketuntasan |
Rentang Nilai |
Nilai |
100% |
40 |
100 |
95% |
39 – 38 |
95 |
90% |
37 – 36 |
90 |
85% |
35 – 34 |
85 |
80% |
33 – 32 |
80 |
75% |
31 – 30 |
75 |
70% |
29 – 28 |
70 |
65% |
27 – 26 |
65 |
60% |
25 – 24 |
60 |
55% |
23 – 22 |
55 |
50% |
21 – 20 |
50 |
45% |
19 – 18 |
45 |
40% |
17 – 16 |
40 |
35% |
15 – 14 |
35 |
30% |
13 – 12 |
30 |
25% |
11 – 10 |
25 |
20% |
9 – 8 |
20 |
15% |
7 – 6 |
15 |
10% |
5 – 4 |
10 |
5% |
3 – 2 |
5 |
0% |
1 – 0 |
0 |
Tabel 3. Hasil
Perhitungan t-Test: Paired Two Sample
for Means
|
Posttest |
Pretest |
Mean |
80,45 |
59,55 |
Variance |
37,88 |
75,97 |
Observations |
22 |
22 |
Pearson Correlation |
0,293 |
|
Hypothesized Mean Difference |
0 |
|
Df |
21 |
|
t Stat |
10,80 |
|
P(T<=t) one-tail |
0,00 |
|
t Critical one-tail |
1,72 |
|
P(T<=t) two-tail |
0,00 |
|
t Critical two-tail |
2,08 |
|
Hasil dan Pembahasan
Hasil
penelitian menyatakan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran STAD terhadap teknik tendangan depan
pencak silat
siswa MTs. Rabithatul
Ulum yang dapat di lihat pada Tabel 3, yang mana nilai thitung = 10,80 dan
P value = 0,00 yang berarti 0,00 < 0,05.
Penelitian
ini memberikan dukungan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran STAD dapat
digunakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani (Afrizal
& Desy, 2019; Kusmanto & Ginanjar, 2018; Satriana, 2018; Supriyanto et
al., 2019; Tarwono et al., 2016; Wadudu et al., 2019; Setiawan
et al., 2020; Setiawan,
Yudiana, & Ugelta, 2014). Selain itu penelitian ini
memberikan gambaran baru bahwa dengan menggunakan model pembelajaran STAD dapat
meningkatkan hasil belajar tendangan depan pencak silat.
Pelaksanaan
model pembelajaran STAD yang dalam prosesnya pembelajarannya menggunakan
kerjasama kelompok dan adanya tes pertama, kemudian latihan bersama kelompok
agar pada tes kedua hasil
belajar nya dapat melebih tes pertama. Pada
tahap ini terlihat beberapa siswa ketika melakukan latihan bersama dengan kelompoknya
mengalami kesulitan pada saat melakukan lepaskan kaki kanan ataupun kaki kiri dengan
keadaan lurus kedepan dengan posisi badan seimbang dan terlihat teman
kelompoknya membantu siswa tersebut dengen saling mengajari satu dengan yang
lainnya, karena dengan menggunakan model pembelajaran student teams-achievement divisions (STAD) siswa beserta dengan
kelompoknya akan mencari dan membahas strategi untuk melakukan teknik tendangan
depan pencak silat secara bersama. Ini sesuai dengan pendapat Kusmanto, T., & Ginanjar, A. (2018) model pembelajaran
student team-achievement divisions (STAD) dapat meningkatkan
keterampilan siswa baik itu secara individu maupun kelompok.
Oleh
karena itu, dengan model pembelajaran student
teams-achievement divisions (STAD)
diharapkan siswa tidak hanya belajar tetapi juga memiliki rasa saling kerjasama,
saling menghargai dan saling memotivasi sesama teman dalam kelompoknya,
sehingga siswa tidak merasa jenuh karena sesama anggota kelompok saling
membantu pada saat latihan pertama dan latihan kedua. sejalan dengan apa yang
dinyatakan oleh Supriyanto, Ginanjar, A., & Efendy, F.
(2019). bahwa Model pembelajaran STAD diharapkan siswa mempunyai wawasan
tidak hanya dalam hal belajar tetapi tetapi juga memiliki rasa saling membantu
sesama teman dalam kelompoknya, sehingga siswa tidak merasa jenuh karena sesama
anggota kelompok saling mem-bantu dan siswa juga bisa menumbuhkan rasa saling
menghargai dan saling memotivasi sesama teman.
Dengan
proses pembelajaran yang demikian tersebut diharapkan bisa mengembangkan
kemampuan siswa pada saat tes ke dua. agar pada tes kedua hasil belajar nya dapat
melebihi tes pertama.
Ini sesuai dengan pendapat Slavin (Ginanjar, 2016a, hlm. 22) bahwa “STAD ini
merupakan bagian dari cooperative learning dimana siswa dalam satu kelas
ditempatkan dalam kelompok yang tidak kompetitif (tidak ada persaingan dalam
kelompok)”.
Sehingga
hasil penelitian ini dapat mendukung sesuai denga napa yang terkandung dalam Permendikbud
No. 68 Tahun 2013 berkaitan dengan Kompetensi Dasar
(KD) yang mengatakan bahwa siswa harus menunjukkan kemauan kerjasama dalam
melakukan berbagai aktivitas fisik.
Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan yang
telah dilakukan analisi maka penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran
STAD terhadap
teknik tendangan depan pencak silat siswa MTs. Rabithatul
Ulum.
Penelitian ini menyarankan agar
melakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan
sebisa mungkin model pembelajaran STAD digunakan dalam pembelajaran pendidikan
jasmani karena siswa dapat saling berkerjasama dalam mencapai hasil belajar
yang diinginkan, selain itu agar melakukan penelitian dengan teknik yang
lainnya dalam pencak silat menggunakan model pembelajran STAD.
Daftar Pustaka
Afrizal,
& Desy, R. (2019). Perbedaan Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw Dengan Tipe STAD Terhadap Penguasaan Seni Jurus Tunggal Baku Tangan
Kosong. Jurnal Performa, 4(2), 168–180.
Ginanjar, A.
(2016a). Implementasi Praktis Model-model Pembelajaran Pendidikan Jasmani.
Indramayu: Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi STKIP Nahdlatul
Ulama Indramayu.
Ginanjar, A.
(2016b). Statistika dalam Pendidikan Jasmani: Aplikasi Microsoft Excel.
Indramayu: Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi STKIP
Nahdlatul Ulama Indramayu.
Ginanjar, A.
(2019). Metode Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga.
Indramayu: Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi STKIP
Nahdlatul Ulama Indramayu.
Ginanjar, A.,
Supriadi, D., & Solihin, A. O. (2020). Metode Penelitian Tindakan Kelas
dalam Pendidikan Jasmani. Cimahi: STKIP Pasundan Press.
Kusmanto, T.,
& Ginanjar, A. (2018). Upaya Peningkatan Kemampuan Pukulan Backhand
Menggunakan Model Pembelajaran Student Team Achivement- Divisions. Jurnal
Kependidikan Jasmani Dan Olahraga, 2(2), 48–57.
Nasution, F. H.,
& Pasaribu, F. S. (2017). Buku Pintar Pencak Silat Untuk Pelajar, Atlet
& Semua Orang. Jakarta: Anugerah.
Permendikbud No.
68. (2013). Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama /
Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Satriana, I. M. S.
(2018). Implementasi Kooperatif STAD Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil
Belajar Teknik Dasar Pukulan Pencak Silat. Jurnal Pendidikan Jasmani,
Olahraga Dan Kesehatan, 6(1), 20–27.
Setiawan, A.,
Yudiana, Y., & Ugelta, S. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif
Dan Kemampuan Motorik Terhadap Hasil Belajar Senam Lantai Siswa SD. Tesis.
Bandung: Program Studi Pendidikan Olahraga Sekolah Pascasarjana Universitas
Pendidikan Indonesia.
Setiawan, A.,
Yudiana, Y., Ugelta, S., Oktriani, S., Budi, D. R., & Listiandi, A. D.
(2020). Hasil Belajar Pendidikan Jasmani dan Olahraga Siswa Sekolah Dasar:
Pengaruh Keterampilan Motorik (Tinggi) dan Model Pembelajaran (Kooperatif). TEGAR:
Journal of Teaching Physical Education in Elementary School, 3(2),
59–65. https://doi.org/10.17509/tegar.v3i2.24513
Sifa, I. K.
(2018). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Metode Example Non-Example
Pada Mata Pelajaran Ipa Kelas IV Di Mi Raudlatus Shibyan Krangkeng Kecamatan
Krangkeng Kabupaten Indrmayu. Skripsi. Indramayu: STKIP Nahdlatul Ulama
Indramayu.
Supriyanto,
Ginanjar, A., & Efendy, F. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Student
Teams-Achievement Division Terhadap Teknik Dasar Passing Sepakbola. Jurnal
Kependidikan Jasmani Dan Olahraga, 3(1), 46–51.
Tarwono, Ginanjar,
A., & Mubarok, M. Z. (2016). Pengaruh Model Pembelajaran Student Teams
Achievement Divisions Terhadap Hasil Keterampilan Chest Pass Dalam Permainan
Bola Basket. Jurnal Olahraga, 2(2), 1–8.
Wadudu, H.,
Setiawan, A., & Mubarok, M. Z. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Student
Teams-Achievement Divisions Terhadap Hasil Belajar Lari Cepat Siswa Sekolah
Dasar. Jurnal Kependidikan Jasmani Dan Olahraga, 3 (1), 8–16.
Adib, W. (2021). PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS TERHADAP HASIL BELAJAR TEKNIK TENDANGAN DEPAN PENCAK SILAT. Jurnal Kependidikan Jasmani Dan Olahraga, 2(1), 22–29. Retrieved from
https://ejournal.stkipnu.ac.id/index.php/JKJO/article/view/115
Tidak ada komentar:
Posting Komentar